Jumat, 07 Agustus 2015

SULTAN AGUNG; Sejarah dalam Sebuah Novel

Cover Sultan Agung

Sultan Agung/Daryanto; Editor, Muhajjah - cet.pertama - Yogyakarta; DIPTA, 2013 --- 572 hlm, 200 mm x 140 mm.
Daryanto

Lahir di Semarang, 2 Februari 1950. Sejak muda, telah aktif menulis novel, cerpen, dan artikel semi-ilmiah yang banyak dimuat di berbagai koran dan majalah, baik pusat maupun daerah. Sebelumnya Daryanto telah menulis Palagan Ambarawa, Benteng Willem I, Melati di Padang Tandus, Langit Kelabu dan masih banyak yang lain. -dalam Novel-
Sebenarnya Saya tidak familiar dengan nama ini sebelumnya. Tentu, karna ini pertama kalinya saya membaca Novel dengan background sejarah daerah. Selalu ada yang pertama di setiap hal bukan?


SULTAN AGUNG; Tonggak Kokoh Bumi Mataram

Back Cover Sultan Agung
Hal pertama yang membuat saya membeli buku ini adalah penggalan cerita pada back cover Novel ...

"Ingin menaklukkan tanah Jawa?" tanya Adipati Mandraka.
"Ya, Eyang," jawab Sultan Agung mantap. "Karena, hingga kini, masih banyak daerah timur yang belum mengaku takluk kepada Mataram. Bahkan, beberapa kadipaten yang semula mengakui kekuasaan Mataram, secara terang-terangan memerdekakan diri. Walaupun bukan berarti memberontak, mereka harus diingatkan."
"Tidak hanya itu, aku juga akan mengusir orang-orang Belanda yang kini menguasai Sunda Kelapa," tegas Sultan Agung.
***
Di bawah kekuasaan Sultan Agung, Mataram berkembang menjadi kerajaan terbesar di Jawa. Semua perjuangan itu bermula dari keinginannya memenuhi cita-cita kakeknya, Sutawijaya. Sultan Agung bertekad untuk menaklukkan tanah Jawa dan mengusir penjajah.
Perjuangan itu bukan tanpa pengorbanan dan air mata. Perjuangan yang melibatkan berbagai taktik dan gelaran perang. Perjuangan penuh iringan dencing senjata, pekik semangat, dan jerit kesakitan pada medan pertempuran, serta tentu saja darah yang membasahi bumi. Ini bukan hanya perjuangan mewujudkan cita-cita atau mempertahankan prinsip dan harga diri, tetapi juga pergulatan melawan egoisme dan ambisi.
Kisah yang akan mengguncang Anda untuk memaknai perjuangan yang sebenarnya dari seorang raja agung Mataram. Selamat menyimak!
Ekspektasi saya tentang cerita peperangan di tanah Jawa memang dijawab dengan sangat mengesankan oleh Daryanto. Detail-detail khusus dalam perang, pembangunan tokoh karakter serta penggambaran peristiwa sejarah yang melatarbelakangi banyaknya adegan dalam novel digarap dengan apik. Karna Novel ini, mungkin saya akan membeli novel novel dengan genre serupa lainnya. :) Sayangnya, ada beberapa adegan yang terus berulang dalam Novel. Sedikit mengganggu mengingat seharusnya dalam 572 halaman saya dapat membaca lebih dari sekedar pengulangan adegan, berulang-ulang.  

Sedikit tentang Mataram dan Tokoh dalam Cerita

Mataram, kerajaan di Jawa yang berdiri setelah wafatnya Sultan Pajang, Adi Wijaya (1586). Menurut Encyclopedie van Nederlandsch Indie 1917, Mataram adalah daerah dalam wilayah Yogyakarta meliputi Kota Yogyakarta, Kalasan, Kotagede, Bantul, Imogiri, dan Sleman. Mataram kala itu termasuk wilayah Pajang yang diserahkan kepada Ki Ageng Pamanahan sebagai hadiah atas tewasnya Adipati Jipang, Arya Panangsang.

Panembahan Senapati Ing Alaga Saidin Panatagama adalah gelar Sutawijaya alias Ngabehi Loring Pasar setelah menjadi raja Mataram. Putra Ki Ageng Pamanahan ini ketika lahir diberi nama Rden Bagus Srubut.Wafat pada 30 Juli 1601.

Prabu Pandita Hanyakrawati yang semasa muda bernama Raden Mas Jolang atau yang kemudian lebih dikenal sebagai Sutawijaya adalah puta Panembahan Senapati dengan permaisuri Kanjeng Ratu Mas. Naik tahta setelah ayahnya wafat dan kemudian dikenal sebagai Panembahan Seda Krapyak karena wafat di Desa Krapyak.

Sultan Agung, selama masih muda dikenal dengan nama Raden Mas Rangsang. Stelah diangkat menjadi Raja Mataram ketiga bergelar Sultan Agung Prabu Pandita Hayankrakusuma. Tokoh sentral dalam Novel.

Daftar Isi Novel


Dft.Isi Sultan Agung 1
Dft.Isi Sultan Agung 2

Rangkaian Cerita


Cerita berawal dari meninggalnya Panembahan Senapati dan diangkatnya Sutawijaya sebagai penerus tahta Mataram. Dibawah kekuasaan Sutawijaya, Mataram yang awalnya hanya desa kecil berkembang menjadi negara besar dan disegani di tanah Jawa. Gigihnya Sutawjaya dalam pembangunan Mataram juga menjadi alasan Raja Mataram itu mencegat dan mengambil alih upeti yang seharusnya diserahkan ke kerajaan Pajang. Karena ulahnya itulah Pajang akhirnya berniat menyerang Mataram. Tetapi, niat Pajang membabat Mataram tidak dapat terlaksana karena dalam perjalanan ke Mataram, pasukan pajang habis karena Gunung Merapi yang tiba-tiba meletus.

Ditengah pembangunan yang terus dilakukan Sutawijaya ternyata Kadipaten Demak pimpinan Adipati Puger yang merupakan putra tertua Panembahan Senapati lahir dari selir berontak. Adipati Puger merasa Sutawijaya tidak seharusnya duduk di tahta Mataram melainkan dirinya yang merupakan putra tertua Panembahan Senapati. Perang saudara kemudian tidak dapat dihindarkan. Persiapan perang dilakukan kedua belah pihak sampai pada hari peperangan dilaksanakan Demak kalah oleh kekuatan besar Mataram.  

Cerita berlanjut dengan diangkatnya Raden Mas Rangsang sebagai penggganti pemegang tahta Mataram. Raja yang kemudian dikenal sebagai Sultan Agung ini digadang-gadang akan memajukan Mataram. Sampai pada Sultan Agung yang menyampaikan keinginannya meneruskan kembali cita-cita kakeknya menaklukan Bumi Jawa dan mengusir VOC dari Batavia yang dulu dikenal dengan Sunda Kelapa. Keinginan Sultan Agung ini sempat mendapat pertentangan dari beberapa pihak termasuk dari istrinya dengan pertimbangan akibat perang yang akan ditimbulkan. Namun, keinginan raja basar Mataram ini tidak terbendung lagi. Sibuklah Mataram dengan persiapan menaklukan tanah jawa yang rencananya akan dimulai dengan menaklukan raja-raja kecil ditanah Jawa dan kemudian  Mataram akan menggempur VOC di Sunda Kelapa.

Hiruk Pikuk Mataram dalam persiapan perang basar terasa diseluruh penjuru Mataram. Prajurit-prajurit dilatih perang, seluruh perbekalan dan atas kehendak sang Raja dibentuklah suatu pasukan inti yang berisikan prajurit pilih tanding sebagai senjata utama Mataram. Pasukan ini dilatih oleh Tumenggung Mertoloyo yang dalam perang-perang nanti berperan sebagai panglima perang mendampingi sang Raja yang ikut terjun langsung dalam perang. Setelah sekian banyak persiapan selesai dilakukan Mataram segera bergerak menuju daerah-daerah tujuan perang. Dengan jumlah pasukan yang tak terhitung Sultan Agung yakin dapat mewujudkan cita-cita kakeknya tersebut. 

Wirasaba menjadi daerah pertama yang diserang  Mataram. Dengan kekuatan yang tidak sebanding dengan pasukan Mataram, Wirasaba cukup tanggung menghadapi pasukan Mataram. Daerah yang dipimpin Adipai Haryo itu sempat membuat pasukan Mataram kuwalahan dengan strategi perang sang Adipati. Prajurit berjatuhan di medan perang. Tanah yang tadinya subur berubah menjadi tanah merah akibat darah yang mengucur dimana-mana. Adipati Haryo yang bertekad melindungi daerah miliknya itupun akhirnya kalah tanpa dibunuh. Mataram Menang. 

Setelah Wirasaba berhasil ditaklukan, Panarukan, Blambangan, Madura, Malang sampai dengan Surabaya-pun berhasil ditaklukan. Adipati disetiap daerah dikembalikan ke daerahnya masing-masing untuk menjalankan roda pemerintahan seperti semula dibawah kekuasaan Mataram. Rencana menghimpun pasukan untuk menggempur Batavia, mengusir orang dengan rambut jagung itu berhasil dengan baik. Kekhawatiran muncul ketika mendengar para kumpeni itu memiliki senjata yang sangat hebat. Disebut-sebut senjata itu dapat membunuh orang dari jarak jauh. Senjata itu yang kemudian dikenal dengan Bedhil. 

Sekembalinya dari peperangan rakyat bersuka cita merayakan kemenangan besar Mataram. Suka cita itu tidak membuat Sultan Agung lupa akan niatnya menyerang Batavia. Persiapan terus dilakukan sampai pada masalah yang muncul Adipati Pragola dari Pati. Pragola mau tunduk pada kekuasaan Mataram. Sultan Agung yang awalnya tidak ingin menyelesaikan masalah dengan kekerasan karena merasa Adipati Pragola masing memiliki hubungan darah dengan Adipati tersebut akhirnya mau tidak mau harus tegas menyelesaikan masalah itu. Kadipaten Pati akhirnya digempur oleh Mataram. Perang saudara sebelum rancana besar Mataram dilakukan. Mataram dengan pasukan terbaiknya Menang.

Persiapan Mataram untuk rencana besarnya telah selesai, Tidak ada alasan lagi untuk menunda pertempuran dengan Batavia. Bagimanakan kisah pertempuran Mataran dengan Batavia? Apakah Mataram akan kembali membawa pulang kemenangan? Read the book. :)

Well, udah panjang banget. See You di lain buku yaa..

0 komentar:

Posting Komentar